Belajar dari Maria
Senin, 25 Maret 2019
(Hari Raya Kabar Sukacita)
Yes. 7 : 10 – 14; 8 : 10
Ibr. 10 : 4 – 10
Luk. 1 : 26 – 38
Kelahiran Yesus Kristus
melalui rahim Bunda Maria sudah diriwayatkan sejak Perjanjian Lama, seperti
yang kita dengar dalam bacaan pertama. Kepada Ahas, Yesaya menubuatkan,
‘sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Emanuel,’. Emanuel, yang akan
datang itu, seperti tertulis dalam surat kepada orang Ibrani, dalam bacaan
kedua, datang untuk melakukan kehendak Allah. “Lihatlah Aku datang untuk
melakukan kehendak-Mu.” Rumusan ini diulang sebanyak dua kali dalam Surat
kepada Orang Ibrani ini. Pengulangan seperti ini, menunjukkan fungsi penting
rumusan ini untuk menegaskan dengan sungguh bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia
untuk menjalankan misi Allah yakni keselamatan manusia.
Maria, dalam bacaan Injil,
menerima tugas perutusan menjadi ibu Tuhan dengan penuh kepasrahan, ‘Aku ini
hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu’. Maria, di usianya yang
masih belia, rela meninggalkan mimpi-mimpi masa mudanya, dan meletakkan rencana
Allah di atas segalanya. Konsistensi dan kesetiaan Maria pada janjinya ini,
senantiasa diuji dalam seluruh ziarah kemuridannya: dari kelahiran Tuhan hingga
kematian-Nya di Golgota. Maria menjadi ibu Tuhan, dan di bawah salib di bukit
Golgota, ia juga menjadi ibu semua manusia. ‘Ibu, inilah anakmu; anak, inilah
ibumu’. Dari Maria, kita belajar tentang militansi murid Tuhan: murid yang
meletakkan rencana Allah di atas segala kepentingan pribadinya, murid yang
setia pada janjinya, murid yang berkomitmen sungguh pada pemberian diri bagi
Allah.
Seperti Maria, kita juga
dipanggil untuk menjalankan tugas perutusan yang dipercayakan Allah kepada kita
masing-masing. Ada yang dipanggil untuk menjadi orangtua, biarawan-biarawati,
guru, dan aneka panggilan dan pilihan hidup lainnya. Baiklah kita melihat tugas
perutusan ini sebagai jalan untuk memuliakan Allah dan membaktikan hidup bagi
sesama kita. Ketika hari ini, kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita, marilah
kita ingat bahwa kita juga dipanggil untuk menjadi tanda sukacita dan harapan bagi
sesama kita. Marilah kita memulainya dari dalam keluarga kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar