Minggu, 24 Maret 2019

Belajar dari Maria (Senin, 25 Maret 2019)


Belajar dari Maria
Senin, 25 Maret 2019
(Hari Raya Kabar Sukacita)


Yes. 7 : 10 – 14; 8 : 10
Ibr. 10 : 4 – 10
Luk. 1 : 26 – 38


Kelahiran Yesus Kristus melalui rahim Bunda Maria sudah diriwayatkan sejak Perjanjian Lama, seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama. Kepada Ahas, Yesaya menubuatkan, ‘sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Emanuel,’. Emanuel, yang akan datang itu, seperti tertulis dalam surat kepada orang Ibrani, dalam bacaan kedua, datang untuk melakukan kehendak Allah. “Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Rumusan ini diulang sebanyak dua kali dalam Surat kepada Orang Ibrani ini. Pengulangan seperti ini, menunjukkan fungsi penting rumusan ini untuk menegaskan dengan sungguh bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menjalankan misi Allah yakni keselamatan manusia.

Maria, dalam bacaan Injil, menerima tugas perutusan menjadi ibu Tuhan dengan penuh kepasrahan, ‘Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu’. Maria, di usianya yang masih belia, rela meninggalkan mimpi-mimpi masa mudanya, dan meletakkan rencana Allah di atas segalanya. Konsistensi dan kesetiaan Maria pada janjinya ini, senantiasa diuji dalam seluruh ziarah kemuridannya: dari kelahiran Tuhan hingga kematian-Nya di Golgota. Maria menjadi ibu Tuhan, dan di bawah salib di bukit Golgota, ia juga menjadi ibu semua manusia. ‘Ibu, inilah anakmu; anak, inilah ibumu’. Dari Maria, kita belajar tentang militansi murid Tuhan: murid yang meletakkan rencana Allah di atas segala kepentingan pribadinya, murid yang setia pada janjinya, murid yang berkomitmen sungguh pada pemberian diri bagi Allah.

Seperti Maria, kita juga dipanggil untuk menjalankan tugas perutusan yang dipercayakan Allah kepada kita masing-masing. Ada yang dipanggil untuk menjadi orangtua, biarawan-biarawati, guru, dan aneka panggilan dan pilihan hidup lainnya. Baiklah kita melihat tugas perutusan ini sebagai jalan untuk memuliakan Allah dan membaktikan hidup bagi sesama kita. Ketika hari ini, kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita, marilah kita ingat bahwa kita juga dipanggil untuk menjadi tanda sukacita dan harapan bagi sesama kita. Marilah kita memulainya dari dalam keluarga kita masing-masing.

Tuhan memberkati kita (p.kristo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar