Kamis, 21 Maret 2019

Kendalikan Rasa Bencimu (Jumat, 22 Maret 2019)


Kendalikan Rasa Bencimu
Jumat, 22 Maret 2019


Kej. 37 : 3 – 4. 12 – 13a. 177b – 28
Mat. 21 : 33 – 43. 45 – 46


Dalam bacaan pertama hari ini kita mendengar saudara-saudara Yusuf merencanakan kematian Yusuf. Rencana ini bermula dari rasa benci dan cemburu karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf daripada saudara-saudaranya itu. Rasa benci dan cemburu begitu mudah menjalar; bila kita tidak mampu mengendalikannya, maka rasa benci itulah yang akan mengendalikan kita dan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan. Saudara-saudara Yusuf dikendalikan oleh rasa benci mereka hingga bermufakat membunuh Yusuf. ‘Sekarang, marilah kita bunuh dia, dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya.’ Rasa benci yang menuntut pelampiasannya, membuat orang lupa dengan saudaranya sendiri, membuat orang menginginkan kematian saudaranya yang dibenci itu.

Yusuf pada akhirnya tidak jadi dibunuh. Sebagai gantinya, ia dijual. Pertimbangan untung rugi, turut berperan dalam keputusan ini. ‘Apakah untungnya kita membunuh adik kita ini dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini.’ Yusuf dijual dengan harga dua puluh syikal perak. Sejak dahulu orang saling memperdagangkan sesamanya; sejak dahulu orang mencari keuntungan dengan mengorbankan sesamanya. Apa yang dibuat oleh saudara-saudara Yusuf ini, pada masa kita, juga muncul dalam aneka rupa, tetapi dengan motif yang sama, yakni mencari keuntungan. Praktik perdagangan manusia, penjualan organ tubuh, eksploitasi manusia untuk kepentingan bisnis, adalah bentuk lain dari apa yang dibuat oleh saudara-saudara Yusuf dahulu.

Hampir setiap hari, kita mendengar berita di televisi atau membaca di koran dan media-media online, banyak tenaga kerja Indonesia, khususnya asal NTT. yang dipulangkan dalam keadaan tidak bernyawa. Beberapa yang lain, bahkan organ tubuhnya sudah tidak lagi utuh. Hampir setiap hari, kita juga mendengar anak-anak dibawah umur yang dipekerjakan secara paksa dengan gaji yang sangat minim, tanpa perlindungan dan jaminan keselamatan. Pada taraf ini, manusia kehilangan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan sesamanya. Manusia memperdagangkan manusia. Manusia menjadikan sesamanya sebagai barang dagangan yang menjanjikan keuntungan melimpah.

Nafsu untuk membunuh, juga kita temukan dalam diri para penggarap, seperti yang diumpamakan Yesus dalam bacaan Injil. Hasrat untuk memiliki kebun garapan itu, membuat mereka tega membunuh, hingga membunuh anak dari tuan tanah itu. Pesannya selalu sama, mari kita kendalikan diri kita, kendalikan keinginan-keinginan kita, sebelum keinginan yang berlebihan itu mengendalikan kita dan membuat kita lupa diri.

Tuhan memberkati kita. (p.kristo,svd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar