Kendalikan Rasa Bencimu
Jumat, 22 Maret 2019
Kej. 37 : 3 – 4. 12 – 13a. 177b – 28
Mat. 21 : 33 – 43. 45 – 46
Dalam bacaan pertama hari
ini kita mendengar saudara-saudara Yusuf merencanakan kematian Yusuf. Rencana
ini bermula dari rasa benci dan cemburu karena ayah mereka lebih mengasihi
Yusuf daripada saudara-saudaranya itu. Rasa benci dan cemburu begitu mudah
menjalar; bila kita tidak mampu mengendalikannya, maka rasa benci itulah yang
akan mengendalikan kita dan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan.
Saudara-saudara Yusuf dikendalikan oleh rasa benci mereka hingga bermufakat
membunuh Yusuf. ‘Sekarang, marilah kita bunuh dia, dan kita lemparkan ke dalam
salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah
menerkamnya.’ Rasa benci yang menuntut pelampiasannya, membuat orang lupa
dengan saudaranya sendiri, membuat orang menginginkan kematian saudaranya yang
dibenci itu.
Yusuf pada akhirnya tidak
jadi dibunuh. Sebagai gantinya, ia dijual. Pertimbangan untung rugi, turut
berperan dalam keputusan ini. ‘Apakah untungnya kita membunuh adik kita ini dan
menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini.’ Yusuf
dijual dengan harga dua puluh syikal perak. Sejak dahulu orang saling memperdagangkan
sesamanya; sejak dahulu orang mencari keuntungan dengan mengorbankan sesamanya.
Apa yang dibuat oleh saudara-saudara Yusuf ini, pada masa kita, juga muncul
dalam aneka rupa, tetapi dengan motif yang sama, yakni mencari keuntungan.
Praktik perdagangan manusia, penjualan organ tubuh, eksploitasi manusia untuk
kepentingan bisnis, adalah bentuk lain dari apa yang dibuat oleh
saudara-saudara Yusuf dahulu.
Hampir setiap hari, kita
mendengar berita di televisi atau membaca di koran dan media-media online, banyak
tenaga kerja Indonesia, khususnya asal NTT. yang dipulangkan dalam keadaan
tidak bernyawa. Beberapa yang lain, bahkan organ tubuhnya sudah tidak lagi
utuh. Hampir setiap hari, kita juga mendengar anak-anak dibawah umur yang
dipekerjakan secara paksa dengan gaji yang sangat minim, tanpa perlindungan dan
jaminan keselamatan. Pada taraf ini, manusia kehilangan penghargaan terhadap
martabat kemanusiaan sesamanya. Manusia memperdagangkan manusia. Manusia
menjadikan sesamanya sebagai barang dagangan yang menjanjikan keuntungan melimpah.
Nafsu untuk membunuh, juga
kita temukan dalam diri para penggarap, seperti yang diumpamakan Yesus dalam
bacaan Injil. Hasrat untuk memiliki kebun garapan itu, membuat mereka tega
membunuh, hingga membunuh anak dari tuan tanah itu. Pesannya selalu sama, mari
kita kendalikan diri kita, kendalikan keinginan-keinginan kita, sebelum
keinginan yang berlebihan itu mengendalikan kita dan membuat kita lupa diri.
Tuhan memberkati kita.
(p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar