Minggu, 10 Maret 2019

Panggilan kepada Kekudusan (Senin, 11 Maret 2019)


Panggilan kepada Kekudusan
Senin, 11 Maret 2019


Im. 19 : 1 – 2. 11 – 18
Mat. 25 : 31 – 46


Kitab Imamat dalam bacaan pertama hari ini berbicara tentang kaidah moral, tata aturan hidup bersama. Allah memberitahukan kepada Musa, hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Bangsa Israel. Yahweh mengingatkan orang Israel agar tidak muncuri, tidak berbohong, tidak bersaksi dusta, tidak bersumpah dusta, tidak memeras sesama, tidak merampas, tidak mengutuki orang tuli dan menaruh batu sandungan bagi orang buta, tidak berbuat curang tetapi harus mengadili sesama dengan kebenaran, tidak menyebarkan fitnah, dan tidak menaruh dendam. Larangan Yahweh ini dirangkum dalam ayat terakhir teks ini, yakni ‘kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’

Larangan-larangan ini menegaskan secara sungguh keinginan Allah, agar orang Israel dan kita sekalian bertingkah laku baik, agar tata cara hidup kita senantiasa mengarah kepada kekudusan. Allah memanggil kita kepada kekudusan. Dasar dari larangan ini, diungkapkan Allah sendiri, ‘Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus’. Kekudusan kita tampak dalam cara hidup harian kita. Kekudusan tidak pernah dipisahkan dari pengalaman hidup harian kita. Medan perjumpaan kita dengan sesama, cara kita berada di tengah dunia, dan situasi dunia yang kita jalani setiap hari adalah latar perwujudan kekudusan itu. Perjuangan menuju kekudusan ini pertama-tama dapat kita mulai dari dalam keluarga kita masing-masing. Perlu diingat, bahwa setiap keluarga katolik dipanggil kepada kekudusan.

Kekudusan sebagai sebuah cara hidup ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Melalui kisah pengadilan terakhir, Yesus menegaskan kepada kita bahwa kekudusan seseorang, kelayakan seseorang menikmati kerajaan surga, ditentukan oleh caranya mengisi hidup di dunia ini. Tiket menikmati kerajaan surga, diperoleh melalui kesediaan dan kesungguhan memberi makan kepada orang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian kepada yang telanjang, melawat orang sakit dan mengunjungi orang-orang di dalam penjara.

Apa yang diungkapkan Yesus ini, sekali lagi mau mengingatkan kita pentingnya opsi keberpihakan kita kepada orang-orang yang lemah, dan mendesaknya kesadaran untuk memanfaatkan waktu hidup sebagai kesempatan penuh rahmat untuk berbuat bagi kepada sesama. Pada akhirnya, waktu hidup kita, tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi ditentukan oleh cara kita mengisi waktu hidup yang terbatas ini.

Tuhan memberkati kita (p.kristo,svd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar