Selasa, 19 Maret 2019

Datanglah kepada Tuhan (Rabu, 20 Maret 2019)


Datanglah kepada Tuhan
Rabu, 20 Maret 2019


Yer. 18 : 18 – 20
Mat. 20 : 17 – 28


Bacaan pertama hari ini menampilkan persekongkolan para lawan nabi Yeremia untuk menghancurkan nabi Yeremia. Mereka tidak berdaya di hadapan kecakapan dan kebijaksaan nabi Yeremia. Hal yang mereka bisa buat adalah mencari celah untuk menghancurkan nabi Yeremia melalui kata-katanya sendiri. ‘Marilah kita memukul dia dengan kata-katanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya.’ Seperti para lawan nabi Yeremia ini, kebencian yang berkecamuk di dalam diri kita seringkali menciptakan amarah yang tidak teredam kepada orang yang menjadi sumber kebencian itu. Ketika kita membenci seseorang, kita akan gagal melihat kebaikan di dalam diri orang tersebut. Kita akan selalu mencari celah untuk menjatuhkannya.

Di hadapan ancaman kematian ini, satu-satunya pelarian dan tempat perlindungan Yeremia adalah Allah sendiri. ‘Perhatikanlah aku ya Tuhan, dan dengarkanlah pengaduanku.’ Yeremia mengadu kepada Tuhan lantaran kecewa karena kebaikan yang telah ia perlihatkan malah dibalas dengan kejahatan. Yeremia kecewa karena orang-orang yang telah diselamatkannya dari amarah Tuhan itu malah menggali pelubang untuknya, malah merencanakan kematiannya. 

Yeremia yang hari ini mengadu kepada Tuhan mengajak kita untuk membawa semua persoalan kita kepada Tuhan. Yeremia mengingatkan kita bahwa satu-satunya tempat perlindungan kita adalah Tuhan. Jangan lupakan Tuhan, jangan tinggalkan Tuhan. Pada situasi paling sulit dalam hidup ini, ketika kita merasa seluruh dunia meninggalkan kita dan orang yang kita kasihi malah berbalik menjadi lawan kita, datanglah pada Tuhan. Tuhan selalu ada untuk kita, hanya acapkali kita melupakannya karena merasa mampu berjuang sendiri.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengar Yesus meramalkan kematianNya sendiri. ‘Anak manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat dan mereka akan menjatuhi dia hukuman mati.’ Perjalanan Yesus ke Yerusalem adalah perjalanan menjumpai kematian itu. Yesus menjumpai kematianNya dengan penuh kesadaran akan misi keselamatan yang diembanNya, ‘Ia datang untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang’. Kalau semua orang dilahirkan untuk hidup, maka Yesus satu-satunya yang dilahirkan untuk mati. IA mati untuk memberikan kehidupan abadi kepada kita.

Dari Yesus, kita belajar untuk saling berbagi kasih, untuk saling berbagi hidup. Yesus mengingatkan kita bahwa menjadi muridNya yang militan berarti berani berkurban untuk kepentingan bersama. Yesus mengingatkan kita bahwa hidup sebagai muridNya berarti hidup bukan hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan sendiri, tetapi juga untuk kebahagiaan sesama. Mari kita sama-sama berjuang menjadikan hidup kita sebagai perpanjangan tangan kasih Tuhan kepada sesama kita.

Tuhan memberkati kita. (p.kristo,svd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar