Datanglah kepada Tuhan
Rabu, 20 Maret 2019
Yer. 18 : 18 – 20
Mat. 20 : 17 – 28
Bacaan pertama hari ini
menampilkan persekongkolan para lawan nabi Yeremia untuk menghancurkan nabi
Yeremia. Mereka tidak berdaya di hadapan kecakapan dan kebijaksaan nabi
Yeremia. Hal yang mereka bisa buat adalah mencari celah untuk menghancurkan
nabi Yeremia melalui kata-katanya sendiri. ‘Marilah kita memukul dia dengan
kata-katanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya.’ Seperti para
lawan nabi Yeremia ini, kebencian yang berkecamuk di dalam diri kita seringkali
menciptakan amarah yang tidak teredam kepada orang yang menjadi sumber
kebencian itu. Ketika kita membenci seseorang, kita akan gagal melihat kebaikan
di dalam diri orang tersebut. Kita akan selalu mencari celah untuk
menjatuhkannya.
Di hadapan ancaman kematian
ini, satu-satunya pelarian dan tempat perlindungan Yeremia adalah Allah
sendiri. ‘Perhatikanlah aku ya Tuhan, dan dengarkanlah pengaduanku.’ Yeremia
mengadu kepada Tuhan lantaran kecewa karena kebaikan yang telah ia perlihatkan
malah dibalas dengan kejahatan. Yeremia kecewa karena orang-orang yang telah
diselamatkannya dari amarah Tuhan itu malah menggali pelubang untuknya, malah
merencanakan kematiannya.
Yeremia yang hari ini
mengadu kepada Tuhan mengajak kita untuk membawa semua persoalan kita kepada
Tuhan. Yeremia mengingatkan kita bahwa satu-satunya tempat perlindungan kita
adalah Tuhan. Jangan lupakan Tuhan, jangan tinggalkan Tuhan. Pada situasi paling
sulit dalam hidup ini, ketika kita merasa seluruh dunia meninggalkan kita dan
orang yang kita kasihi malah berbalik menjadi lawan kita, datanglah pada Tuhan.
Tuhan selalu ada untuk kita, hanya acapkali kita melupakannya karena merasa
mampu berjuang sendiri.
Dalam bacaan Injil hari
ini, kita mendengar Yesus meramalkan kematianNya sendiri. ‘Anak manusia akan
diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat dan mereka akan
menjatuhi dia hukuman mati.’ Perjalanan Yesus ke Yerusalem adalah perjalanan
menjumpai kematian itu. Yesus menjumpai kematianNya dengan penuh kesadaran akan
misi keselamatan yang diembanNya, ‘Ia datang untuk memberikan nyawanya menjadi
tebusan bagi banyak orang’. Kalau semua orang dilahirkan untuk hidup, maka
Yesus satu-satunya yang dilahirkan untuk mati. IA mati untuk memberikan
kehidupan abadi kepada kita.
Dari Yesus, kita belajar
untuk saling berbagi kasih, untuk saling berbagi hidup. Yesus mengingatkan kita
bahwa menjadi muridNya yang militan berarti berani berkurban untuk kepentingan
bersama. Yesus mengingatkan kita bahwa hidup sebagai muridNya berarti hidup
bukan hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan sendiri, tetapi juga untuk
kebahagiaan sesama. Mari kita sama-sama berjuang menjadikan hidup kita sebagai
perpanjangan tangan kasih Tuhan kepada sesama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar