Daya Sabda Allah
Selasa, 12 Maret 2019
Yes. 55 : 10 – 11
Mat. 6 : 7 – 15
Nabi Yesaya dalam bacaan
pertama hari ini melukiskan kepada kita daya dan cara Sabda Allah bekerja dalam
hidup manusia. Yahweh menggambarkan kekuatan SabdaNya itu seperti hujan dan
salju yang turun mengairi bumi, membuat subur tetumbuhan, memberikan benih
kepada penabur dan roti kepada kepda orang yang mau makan. Melalui simbolisme
ini, Allah hendak mengatakan bahwa Sabda Allah itu adalah daya ilahi yang
mengairi hidup manusia dan membuat hidup manusia berbuah dan bermakna. Kesadaran
akan daya Sabda Allah ini semestinya menciptakan ketergantungan di dalam diri
manusia, bahwa tanpa Sabda Allah itu manusia tidak dapat berbuah dan tidak
dapat menjadi bermakna. Kesadaran seperti ini semestinya tumbuh di dalam diri
setiap orang Katolik.
Masa Prapaskah yang saat
ini sedang kita jalani adalah kesempatan yang baik untuk mengakrabkan diri
dengan Sabda Allah ini. Bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan kepada kita
sepanjang masa prapaskah, selain menggemakan pentingnya pertobatan dan
pembaruan diri, juga mengingatkan kita pentingnya menjadikan kebiasaan membaca
Kitab Suci sebagai bagian dari diri kita. Setiap kita tentu saja memiliki Kitab
Suci di rumah kita masing-masing; Kitab Suci yang mungkin selama ini jarang
kita baca. Kalau selama ini, kita lebih sering membiarkan Kitab Suci itu
membaca dirinya sendiri, mari kita mulai membuka kembali kitab suci kita
masing-masing. Mari kita berusaha memberikan 10-20 menit dari 24 jam waktu yang
kita miliki setiap hari untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci.
Tuhan Yesus, dalam bacaan
Injil hari ini mengajarkan kita doa Bapa Kami sebagai contoh semua doa. Dalam
doa ini, Yesus mengajarkan kita banyak hal, diantaranya: Pertama, doa seorang Katolik tidak pernah bersifat individual; ia
tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri, tetapi ia juga senantiasa berdoa
untuk kebutuhan orang lain. Yesus tidak mengajarkan doa, ‘berikanlah saya pada hari ini makanan secukupnya’, tetapi ‘berikanlah kami pada hari ini makanan yang
secukupnya’. Ia tidak mengajarkan, ‘ampunilah
saya akan kesalahan saya’, tetapi ‘ampunilah
kami akan kesalahan kami’. Jadi, selain berdoa untuk diri sendiri, kita
juga berkewajiban mendoakan sesama kita. Kedua,
dalam doa kita selalu meminta, ‘berikanlah
kami pada hari ini makanan secukupanya’. Setelah doa itu terkabulkan, saya
kita kita juga mesti berani untuk berdoa, ‘mampukanlah kami untuk berbagi
rejeki yang kami peroleh hari ini dengan sesama yang membutuhkannya’. Karena,
seringkali kita sudah banyak menerima, namun terlalu sedikit kita memberi.
Tuhan memberkati kita
(p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar