Senin, 11 Maret 2019

Daya Sabda Allah (Selasa, 12 Maret 2019)


Daya Sabda Allah
Selasa, 12 Maret 2019


Yes. 55 : 10 – 11
Mat. 6 : 7 – 15


Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini melukiskan kepada kita daya dan cara Sabda Allah bekerja dalam hidup manusia. Yahweh menggambarkan kekuatan SabdaNya itu seperti hujan dan salju yang turun mengairi bumi, membuat subur tetumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada kepda orang yang mau makan. Melalui simbolisme ini, Allah hendak mengatakan bahwa Sabda Allah itu adalah daya ilahi yang mengairi hidup manusia dan membuat hidup manusia berbuah dan bermakna. Kesadaran akan daya Sabda Allah ini semestinya menciptakan ketergantungan di dalam diri manusia, bahwa tanpa Sabda Allah itu manusia tidak dapat berbuah dan tidak dapat menjadi bermakna. Kesadaran seperti ini semestinya tumbuh di dalam diri setiap orang Katolik.

Masa Prapaskah yang saat ini sedang kita jalani adalah kesempatan yang baik untuk mengakrabkan diri dengan Sabda Allah ini. Bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan kepada kita sepanjang masa prapaskah, selain menggemakan pentingnya pertobatan dan pembaruan diri, juga mengingatkan kita pentingnya menjadikan kebiasaan membaca Kitab Suci sebagai bagian dari diri kita. Setiap kita tentu saja memiliki Kitab Suci di rumah kita masing-masing; Kitab Suci yang mungkin selama ini jarang kita baca. Kalau selama ini, kita lebih sering membiarkan Kitab Suci itu membaca dirinya sendiri, mari kita mulai membuka kembali kitab suci kita masing-masing. Mari kita berusaha memberikan 10-20 menit dari 24 jam waktu yang kita miliki setiap hari untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci.

Tuhan Yesus, dalam bacaan Injil hari ini mengajarkan kita doa Bapa Kami sebagai contoh semua doa. Dalam doa ini, Yesus mengajarkan kita banyak hal, diantaranya: Pertama, doa seorang Katolik tidak pernah bersifat individual; ia tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri, tetapi ia juga senantiasa berdoa untuk kebutuhan orang lain. Yesus tidak mengajarkan doa, ‘berikanlah saya pada hari ini makanan secukupnya’, tetapi ‘berikanlah kami pada hari ini makanan yang secukupnya’. Ia tidak mengajarkan, ‘ampunilah saya akan kesalahan saya’, tetapi ‘ampunilah kami akan kesalahan kami’. Jadi, selain berdoa untuk diri sendiri, kita juga berkewajiban mendoakan sesama kita. Kedua, dalam doa kita selalu meminta, ‘berikanlah kami pada hari ini makanan secukupanya’. Setelah doa itu terkabulkan, saya kita kita juga mesti berani untuk berdoa, ‘mampukanlah kami untuk berbagi rejeki yang kami peroleh hari ini dengan sesama yang membutuhkannya’. Karena, seringkali kita sudah banyak menerima, namun terlalu sedikit kita memberi.

Tuhan memberkati kita (p.kristo,svd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar