Cinta dan
Kesetaraan
Kamis, 14
Februari 2019
PW St.
Sirilus dan St. Metodius
Kej. 2 : 18 – 25
Mrk. 7 : 24 – 30
Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan
bagi Adam. ‘Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya yang sepadan dengan dia.’ Sabda Allah ini menggambarkan dengan
jelas posisi laki-laki dan perempuan sebagai ciptaaan yang setara dan
sederajat. Keduanya membentuk kesatuan, dan tercipta untuk saling membantu dan
saling melengkapi. Ini adalah basis yang kuat untuk berbicara tentang persamaan
hak perempuan dan lelaki. Sejak awal mula, Allah menginginkan agar lelaki dan
perempuan itu saling membantu, saling melengkapi. Karena itu, berbagai tindakan
yang merendahkan perempuan dan aneka bentuk kekerasan terhadap perempuan
melanggar maklumat penciptaan Allah ini.
Dua manusia pertama ini diberi nama Adam dan Hawa. Selain
merujuk pada nama diri manusia pertama yang diciptakan Allah, kata Adam sendiri sebenarnya berarti manusia.
Sedangkan Hawa, berasal dari kata Hayyah,
yang berarti hidup, ibu segala kehidupan. Pemilihan dua nama ini juga
menggambarkan peran manusia untuk melahirkan kehidupan, meneruskan keturunan.
Hal ini kemudian dipertegas dalam salah satu tujuan pokok perkawinan Katolik,
yakni fungsi prokreasi – melanjutkan keturunan. Sejak awal mula Allah
menggariskan sakramen perkawinan, dan sejak awal mula pula, Ia menegaskan bahwa
salah satu ciri utama dalam kehidupan perkawinan adalah keseteraan. Relasi
suami-istri selalu setara dan bertujuan untuk saling melengkapi dan saling
membahagiakan.
Kisah penciptaan Adam dan Hawa ini adalah sebuah
ajakan bagi kita untuk melihat kembali kehidupan keluarga dan rumah tangga ktia
masing-masing. Sudahkan rumah tangga ktia hidup dan berjalan dalam prinsip
kesetaraan ini? Sudahkah kita hidup dengan selalu mengedepankan kebaikan dan
kepentingan bersama sebagai etika tertinggi? Kisah Adam dan Hawa mengingatkan kita
bahwa keluarga hanya akan bertahan jika kita melihat pasangan hidup kita
sebagai ia yang setara dengan kita, sebagai ia yang hadir untuk melengkapi
hidup kita.
Dewasa ini, kehidupan keluarga dihadapkan pada aneka
tantangan: penceraian - yang kita saksikan bukan hanya di layar televisi tetapi
juga di sekitar kita-, kekerasan dalam rumah tangga, dan aneka kasus lainnya.
Mari kita berjuang untuk memperkokoh fondasi kehidupan keluarga kita
masing-masing, bukan hanya dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri, tetapi
teristimewa dengan mengandalkan Tuhan. Perempuan yang anaknya kerasukan roh jahat,
yang ditampilkan penginjil Markus hari ini, menjadi contoh yang baik bagi kita.
Ia memasrahkan kesembuhan anaknya kepada Tuhan, dan Tuhan menjawab harapan
perempuan itu, anaknya disembuhkan. Mari ktia persembahkan kehidupan keluarga
kita masing-masing kepada Tuhan. Karena itu, doa bersama dalam keluarga menjadi
penting.
Tuhan memberkati kita.
(p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar