Menjadi Gembala yang Baik
Jumat, 22 Februari 2019
Pesta Tahta Santo Petrus,
Rasul
I Ptr. 5 : 1 – 4
Mat. 16 : 13 – 19
Rasul
Petrus dalam suratnya yang pertama hari ini menasehati para penatua atau
pemimpin jemaat agar menggembalakan kawanan domba dengan sukarela sesuai
kehendak Allah. Para penatua mesti mampu menjadi contoh dan teladan yang baik
bagi jemaat. Tugas penggembalaan ini, pada dasarnya bukan hanya ditujukan
kepada para pemimpin jemaat, tetapi juga kepada diri kita masing-masing. Setiap
kita mesti menjadi gembala yang baik untuk diri kita sendiri. Kesanggupan
menggembalakan diri sendiri adalah kewajiban moral yang sangat penting.
Panggilan
untuk menjadi gembala yang baik, seperti diamanatkan Petrus, mengingatkan kita
akan salah satu otoritas dalam hidup perkawinan, seperti yang diamanatkan Paus
Yohanes Paulus II, yakni otoritas pastoral. Otoritas pastoral berarti otoritas
penggembalaan. Ini berarti setiap anggota keluarga dipanggil untuk saling
menggembalakan: seorang suami mesti menjadi gembala yang baik bagi istrinya,
istri mesti menjadi gembala yang baik bagi suaminya, dan suami-istri mesti
menjadi gembala yang baik bagi anak-anak mereka. Gembala yang baik adalah
gembala yang mampu mengantar kawanan domba ke padang rumput yang hijau, yakni
kebahagiaan dan sukacita di dalam Allah.
Penginjil
Matius hari ini menampilkan pengakuan iman Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup. Pengakuan iman Petrus ini disusul dengan pemberian kuasa
kepada Petrus untuk memegang kunci kerajaan surga. Rumusan kalimat Yesus, ‘Aku
akan mendirikan jemaatKu’ menegaskan bahwa pendiri dan pembentuk jemaat adalah
Yesus sendiri. Petrus adalah wadas, di atasnya umat Kristus didirikan.
Salah
satu hal yang menarik dari riwayat kemuridan Petrus adalah keberaniannya untuk
bangkit kembali dari kejatuhannya. Petrus yang dipercayakan Tuhan menjadi
penjala manusia, yang diberi mandat memegang kunci kerajaan surga, yang pernah
berjanji untuk mempertaruhkan nyawa demi Yesus; pernah juga menyangkal Yesus
hingga kali ketiga. Namun, Tuhan Yesus memberi Petrus kesempatan kedua.
Setelah
kebangkitan dari alam maut, dalam percakapan yang begitu mengharukan di tepi
pantai Tiberias, Yesus menanyakan kembali kualitas cinta Petrus kepadaNya
hingga kali ketiga, ‘Apakah engkau mengasihi Aku’. Petrus mengikrarkan lagi
cintanya, ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu aku mengasihi Engkau.’
Dan kita semua tahu, setelah percakapan itu, kisah hidup Petrus selanjutnya,
seperti yang kita temukan dalam Kisah Para Rasul adalah kisah pengabdian dan pemberian
diri tanpa batas kepada Yesus. Seperti kepada Petrus, Tuhan juga senantiasa
memberi kita kesempatan kedua untuk berbenah dan bangkit dari kejatuhan kita
masing-masing. Selalu ada kesempatan kedua untuk setiap hal baik dalam hidup
ini.
Tuhan memberkati kita
(p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar