Kamis, 07 Februari 2019

Hidup dalam Kasih Persaudaraan (Jumat, 8 Februari 2019)


Hidup dalam Kasih Persaudaraan
Jumat, 8 Februari 2019


Ibr. 13 : 1 – 8
Mrk. 6 : 14 – 29


Surat kepada orang Ibrani hari ini menyajikan kepada kita beberapa nasihat pokok dalam kehidupan kita sebagai orang Katolik. Penulis surat ini mengajak kita untuk senantiasa hidup dalam kasih persaudaraan. Ajakan ini sejalan dengan kebiasaan hidup dalam Gereja Perjanjian Baru yang memandang dan menyapa satu sama lain sebagai saudara-saudari seiman di dalam Kristus. Karena telah menerima kasih karunia Kristus, kitapun harus saling mengasihi. Kita ingat amanat Yesus kepada para muridNya, ‘Inilah perintahku, supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.’ 

Kasih persaudaraan, menurut penulis surat ini, pertama-tama mesti hidup dan bertumbuh di dalam rumah tangga kita. Rumah tangga tanpa kasih akan berakhir karam. Kasih mesti berjalan bersama sikap saling menghormati: menghormati martabat perkawinan, menghormati pasangan hidup kita. Penulis surat kepada orang Ibrani menulis, ‘Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan, dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur.’ Ia mengajak kita untuk menaruh hormat pada martabat perkawinan Katolik sebagai sakramen, dengan tiga ciri pokoknya: satu, utuh dan tak terceraikan. 

Situasi dunia kita dewasa ini dengan aneka kemudahan yang ditawarkannya, bila tidak direspons secara bijak, menghadirkan ancaman tersendiri terhadap keutuhan hidup perkawinan. Kawin cerai, telah menjadi semacam budaya, yang tidak hanya kita temukan dalam sinetron televisi atau berita-berita infotaimen, tetapi juga kita temukan di sekitar kita. Orang begitu mudah memilih berpisah atau saling melepaskan tanpa memikirkan dampak dari perpisahan itu. Seturut ajakan penulis surat kepada orang Ibrani ini, marilah kita berusaha untuk menjaga keutuhan rumah tangga kita, bukan hanya dengan mengandalkan kemampuan kita sendiri tetapi terutama mengandalkan Tuhan.

Sementara penginjil Markus hari ini mengisahkan kembali riwayat kematian Yohanes Pembaptis yang bermula dari permintaan putri Herodias. Herodes yang terpukau oleh liukan tarian anak dara itu, tak dapat menampik permintaannya untuk memberikan kepadanya kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah talam. Permintaan sang putri bermula dari hasrat ibunya, Herodias. Yohanes sebelumnya telah dipenjara karena kritiknya pada Herodes yang telah mengambil Herodias, istri saudaranya, menjadi istrinya. Dan Herodias, menyempurnakan kebenciannya pada Yohanes karena mengkritik niatnya bersuamikan Herodes dengan meminta agar kepala Yohanes dipenggal. Herodes tak dapat mengendalikan hasratnya untuk memperistri Herodias; Herodes yang sama tak segan mengurbankan kepala Yohanes Pembaptis demi menjaga gengsinya di hadapan para undangan. Ia terlanjur berjanji, dan ia malu untuk menjilat kembali janjinya itu. Betapa gengsi, betapa ego untuk mempertahankan harga diri seringkali menuntut korban.

Tuhan memberkati kita. (p.kristo,svd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar