Iman Mewujud dalam
Pelayanan
Selasa, 26 Februari 2019
Sir. 2 : 1 – 11
Mrk. 9 : 30 – 37
Santo
Arnoldus Janssen pernah mengatakan ‘Tuhan mencintai orang-orang, yang tetap
berterima kasih meskipun dalam penderitaan.’ Kata-kata Santo Arnoldus Janssen
ini sejalan dengan wejangan-wejangan suci Putra Sirakh dalam bacaan pertama
hari ini. Putra Sirakh mengajak kita untuk senantiasa berpaut kepada Tuhan.
‘Jangan berpaling dari-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu’.
Putra Sirakh melanjutkan, ‘Percayalah kepadaNya, niscaya kalian tidak akan
kehilangan ganjaran. Sungguh, Tuhan itu pengasih dan penyayang.’ Tuhan, dalam
pengalaman orang-orang Israel adalah Bapa penuh kasih, yang setia berjalan
bersama manusia, yang selalu hadir dalam setiap situasi sulit umat Israel.
Nasihat
suci Putra Sirakh hari ini adalah sebuah awasan bagi kita untuk tidak mudah
berpindah ke lain hati, untuk setia memantapkan hati kita pada Yesus.
Kadang-kadang, satu kegagalan kecil dalam hidup kita, satu peristiwa kehilangan
yang menyayat hati, membuat kita mempertanyakan kasih dan kemurahan Tuhan. Kadang-kadang
kita merasa Tuhan begitu jauh dari kita ketika segala usaha kita tampak
sia-sia. Pertanyaan-pertanyaan kita tentang kasih Tuhan, semestinya membawa
kita semakin dekat dengan Tuhan, dan bukan malah membuat kita menjauh dariNya.
Seperti halnya untuk dapat semakin mengenal dan mencintai seseorang, kita
membutuhkan kedekatan dengan orang tersebut; demikianpun halnya, untuk
sungguh-sungguh mengenal dan mencintai Tuhan, kita butuh untuk senantiasa
berada dekat dengan Tuhan.
Dalam
bacaan Injil, kita mendengar sabda Yesus, bahwa jalan utama yang harus dilalui
oleh seorang Katolik adalah jalan-jalan pelayanan. ‘Jika seseorang ingin
menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya, dan
menjadi pelayaan semuanya’. Yesus sendiri telah lebih dahulu menunjukkan kita
contoh tentang ini: Ia rela meninggalkan segala kemahaanNya di surga, lahir di
kandang nan hina, melayani Allah dan manusia di setiap detik waktu hidupNya,
hingga rela mati di salib. IA mencintai kita sehabis-habisnya. Kisah hidup
Yesus adalah kisah tentang pelayanan penuh cinta yang senantiasa menuntut
pemberian diri.
Kita
selalu menyebut Yesus sebagai Guru dan Tuhan. Kalau Yesus adalah guru dan kita
semua adalah murid maka kita berkewajiban untuk mengikuti teladan hidup Sang
Guru Agung itu. Tentu saja, selalu tidak mudah untuk melayani di tengah dunia
yang diwarnai dengan mengglobalnya ketidakpedulian ini, di tengah dunia yang
diwarnai individualisme ini, di tengah gempuran peradaban yang cenderung
membawa manusia semakin tidak peduli dengan sesamanya. Marilah kita bersama-sama
berjuang untuk saling melayani satu sama lain. Hal ini kita mulai dari rumah
tangga kita masing-masing.
Tuhan
memberkati kita (p.kristo,svd)
Makasih ats siraman Rohani pg ini.Tuhan beserta kita
BalasHapusPeneguhannya bgtu mendalam... Terimakasih, Tuhan berkat
BalasHapus