Senin, 25 Februari 2019

Iman Mewujud dalam Pelayanan (Selasa, 26 Februari 2019)


Iman Mewujud dalam Pelayanan
Selasa, 26 Februari 2019


Sir. 2 : 1 – 11
Mrk. 9 : 30 – 37


Santo Arnoldus Janssen pernah mengatakan ‘Tuhan mencintai orang-orang, yang tetap berterima kasih meskipun dalam penderitaan.’ Kata-kata Santo Arnoldus Janssen ini sejalan dengan wejangan-wejangan suci Putra Sirakh dalam bacaan pertama hari ini. Putra Sirakh mengajak kita untuk senantiasa berpaut kepada Tuhan. ‘Jangan berpaling dari-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu’. Putra Sirakh melanjutkan, ‘Percayalah kepadaNya, niscaya kalian tidak akan kehilangan ganjaran. Sungguh, Tuhan itu pengasih dan penyayang.’ Tuhan, dalam pengalaman orang-orang Israel adalah Bapa penuh kasih, yang setia berjalan bersama manusia, yang selalu hadir dalam setiap situasi sulit umat Israel.

Nasihat suci Putra Sirakh hari ini adalah sebuah awasan bagi kita untuk tidak mudah berpindah ke lain hati, untuk setia memantapkan hati kita pada Yesus. Kadang-kadang, satu kegagalan kecil dalam hidup kita, satu peristiwa kehilangan yang menyayat hati, membuat kita mempertanyakan kasih dan kemurahan Tuhan. Kadang-kadang kita merasa Tuhan begitu jauh dari kita ketika segala usaha kita tampak sia-sia. Pertanyaan-pertanyaan kita tentang kasih Tuhan, semestinya membawa kita semakin dekat dengan Tuhan, dan bukan malah membuat kita menjauh dariNya. Seperti halnya untuk dapat semakin mengenal dan mencintai seseorang, kita membutuhkan kedekatan dengan orang tersebut; demikianpun halnya, untuk sungguh-sungguh mengenal dan mencintai Tuhan, kita butuh untuk senantiasa berada dekat dengan Tuhan.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar sabda Yesus, bahwa jalan utama yang harus dilalui oleh seorang Katolik adalah jalan-jalan pelayanan. ‘Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya, dan menjadi pelayaan semuanya’. Yesus sendiri telah lebih dahulu menunjukkan kita contoh tentang ini: Ia rela meninggalkan segala kemahaanNya di surga, lahir di kandang nan hina, melayani Allah dan manusia di setiap detik waktu hidupNya, hingga rela mati di salib. IA mencintai kita sehabis-habisnya. Kisah hidup Yesus adalah kisah tentang pelayanan penuh cinta yang senantiasa menuntut pemberian diri.

Kita selalu menyebut Yesus sebagai Guru dan Tuhan. Kalau Yesus adalah guru dan kita semua adalah murid maka kita berkewajiban untuk mengikuti teladan hidup Sang Guru Agung itu. Tentu saja, selalu tidak mudah untuk melayani di tengah dunia yang diwarnai dengan mengglobalnya ketidakpedulian ini, di tengah dunia yang diwarnai individualisme ini, di tengah gempuran peradaban yang cenderung membawa manusia semakin tidak peduli dengan sesamanya. Marilah kita bersama-sama berjuang untuk saling melayani satu sama lain. Hal ini kita mulai dari rumah tangga kita masing-masing. 

Tuhan memberkati kita (p.kristo,svd)

2 komentar:

  1. Makasih ats siraman Rohani pg ini.Tuhan beserta kita

    BalasHapus
  2. Peneguhannya bgtu mendalam... Terimakasih, Tuhan berkat

    BalasHapus