Datang kepada Yesus
Kamis, 24 Januari 2019
(PW. St. Fransiskus dari Sales)
Ibr. 7 : 25 – 8 : 6
Mrk. 3 : 7 – 12
Penginjil Markus hari ini
kembali menampilkan kisah Yesus menyembuhkan orang sakit. Kali ini, penderita bukan
hanya berasal dari Galilea, tetapi juga dari Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang
Yordan, Tirus dan Sidon. Markus menulis, mereka datang kepada Yesus karena
mereka telah mendengar apa yang telah dilakukan Yesus. Hal ini menunjukkan
popularitas Yesus: Ia mulai dikenal banyak orang. Orang-orang ini datang kepada
Yesus dengan berbagai alasan: ingin menyaksikan hal-hal besar yang diperbuat
Yesus dan ingin disembuhkan dari aneka penyakit yang mereka derita. Motivasi
ini membuat mereka rela berdesak-desakkan sekadar agar dapat menjamah Yesus dan
dengan jamahan itu mereka disembuhkan.
Orang-orang dari berbagai
penjuru yang datang kepada Yesus ini hendak mengajak kita untuk juga senantiasa
datang kepada Yesus. Kita datang kepada Yesus, pertama-tama melalui kebajikan
hidup rohani yang kita tanamkan di dalam keluarga kita masing-masing: kesetiaan
untuk berdoa bersama di dalam keluarga, membaca dan merenungkan Kitab Suci, dan
ketekunan untuk mengikuti perayaan ekaristi. Keluarga sebagai Gereja rumah
tangga dan seminari kecil mesti menjadi lahan subur yang memungkinkan
nilai-nilai kebajikan Katolik hidup, bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Keluarga mesti menjadi medan keutamaan, yang memungkinkan orang merasakan
kehadiran Tuhan lewat kesanggupan berbagi kasih dan kesetiaan mengampuni.
Hal yang menarik tentu saja
pengakuan dari roh-roh jahat bahwa Yesus adalah Anak Allah. Bila dalam kisah
sebelumnya kita mendengar Yesus dicobai iblis di padang gurun (bdk. Mrk. 1 : 12
– 13), hari ini kita mendengar pengakuan roh-roh jahat bahwa Yesus adalah Anak
Allah. Markus mempertegas pengakuan ini dengan pelukisan dramatis, ‘mereka
jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: Engkaulah Anak Allah’. Pengakuan
roh-roh jahat ini menunjukkan kemahakuasaan Yesus. Yesus adalah Raja di atas
segala raja. Dia adalah Raja yang memerintah dengan penuh kasih, raja yang
menghalau kegelapan dan menghancurkan kuasa kejahatan. Kalau Yesus adalah Raja
di atas segala raja, maka semestinya kita hanya bersandar padaNya, dan bukan
pada allah-allah lain atau kekuatan-kekuatan kegelapan.
Pada bagian akhir kisah
ini, Yesus yang rendah hati ini meminta kepada orang-orang yang mengalami
mukjizat dan yang mendengar pengakuan dari roh-roh jahat itu, agar tidak
mewartakan identitasNya kepada siapapun. Permintaan Yesus ini, selain
menggambarkan kepribadiannya yang tidak mudah tersilau oleh popularitas, juga
agar orang datang kepadaNya bukan karena semua hal besar yang telah mereka
dengar tentang Dia; melainkan mereka datang kepadaNya terutama karena mereka
membutuhkan Dia. Semoga seperti Yesus, kitapun tidak mudah tersilau oleh
popularitas; semoga keberhasilan-keberhasilan yang pernah kita buat tidak
membuat kita lupa diri, semoga kita mampu menjadi pribadi yang rendah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar