Selasa, 15 Januari 2019

Jangan Membatasi Cintamu (Rabu, 16 Januari 2019)


Jangan Membatasi Cintamu
Rabu, 16 Januari 2019


Ibr. 2 : 14 – 18
Mrk. 1 : 29 – 39

  


Penginjil Lukas hari ini mengisahkan mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus pada mertua Simon dan orang-orang sekampungnya yang berbondong-bondong datang pada Yesus untuk juga disembuhkan. Mukjizat penyembuhan ini membuat begitu banyak orang datang kepada Yesus. “Semua orang mencari Engkau,” kata para murid kepada Yesus. Menarik untuk memperhatikan jawaban Yesus, “Marilah pergi ke tempat lain, ke kota yang berdekatan, supaya  di sana juga Aku memberitakan Injil. Karena untuk itu Aku telah datang.”

Jawaban Yesus ini mengandung pesan yang amat mendalam. Pertama, Yesus tidak mengikatkan diriNya kepada satu tempat tertentu. Kecenderungan manusiawi kita, biasanya kita akan merasa lebih nyaman di tempat di mana kita merasa diterima, dan enggan untuk beralih. Rasa nyaman, apalagi bila disertai dengan keyakinan semu bahwa orang membutuhkan kita membuat kita tidak mau beralih. Yesus melawan kecenderungan itu. Ia berani beralih. Ia tidak membatasi diriNya untuk hanya menjadi kepunyaan orang-orang Kapernaum yang membutuhkan uluran kasihNya. Ia tidak terbuai dengan rasa nyaman dan popularitas yang dijanjikan Kapernaum setelah semua mukjizat penyembuhan itu.

Melaui contoh ini, Yesus mengajak kita untuk berani beralih, untuk tidak mengikatkan diri pada kelompok tertentu atau membiarkan diri diikat oleh kelompok atau orang-orang tertentu. Kadang-kadang rasa nyaman di dalam diri kita membuat kita enggan untuk melihat keluar, membuat kita menciptakan benteng di dalam diri kita sendiri, dan membuat kita membatasi diri untuk hanya berada pada tempat-tempat tertentu yang menjanjikan kenyamanan, popularitas dan kesejahteraan. Kalau selama ini, kita terlampau fokus pada diri dan kelompok kita sendiri, saatnya kita bergerak keluar. Hidup kita semestinya tidak hanya menjadi tanda berkat untuk diri dan kelompok kita sendiri, tetapi mesti menjadi tanda berkat bagi semua orang, khususnya yang membutuhkan bantuan dan kebaikan hati kita. Kita semestinya tidak membatasi perbuatan baik kita hanya pada orang atau kelompok tertentu.

Kedua, visi hidup. Seandainya Yesus tidak setia pada visi keselamatan universal yang diembanNya, tentu IA akan memilih bertahan di Kapernaum. Tetapi Yesus mengabdi kepada visiNya ini dan kepada visi inilah IA memberikan seluruh hidup dan karya pelayananNya. Dari Yesus kita belajar, pentingnya memiliki visi hidup. Banyak orang yang menjalani hidupnya tanpa visi hidup yang jelas, dan karena itu mereka tidak memiliki arah dalam menjalani hidup. Visi hidup berkatian erat dengan komitmen dan kesetiaan untuk menjalankan visi itu. Setiap kita boleh punya visi hidup, tetapi kalau kita tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakan visi itu, maka hasilnya nihil. Yesus mengajak kita untuk fokus pada visi hidup kita, untuk tidak mudah terbuai oleh rasa nyaman, dan untuk tidak membatasi cinta kita pada orang atau kelompok tertentu.

Jadilah tanda cinta bagi semua orang. Karena cinta adalah satu-satunya bahasa universal yang bisa dimengerti oleh semua orang. 
Tuhan memberkati kita. 

1 komentar:

  1. Ma kasih at renungan pagix pater selamat beraktifitas,sukses selalu.

    BalasHapus