Panggilan Mewartakan Sabda
Allah
Jumat, 25 Januari 2019
(Pesta Bertobatnya Rasul
Paulus)
Kis. 22 : 3 – 16 (atau Kis. 9 : 1 – 22)
Mrk. 16 : 15 – 18
Penginjil Markus hari ini
menampilkan kisah perutusan para murid ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil
dan membaptis orang-orang yang percaya. Tugas perutusan ini diembankan Yesus kepada
para murid usai kebangkitanNya. Yesus tidak hanya memberi para murid tugas dan
janji penyertaan yang kekal, tetapi juga kuasa untuk mengusir setan, kemampuan
untuk berbicara dalam bahasa yang baru, janji keselamatan dari segala macam
marabahaya dan kuasa untuk melakukan karya penyembuhan.
Tugas perutusan yang dahulu
diembankan kepada para murid, kemudian dijalankan dengan sungguh-sungguh oleh
Rasul Paulus, yang pesta pertobatannya kita rayakan hari ini. Paulus adalah
misionaris Sabda Allah yang berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain,
entah baik maupun tidak baik waktunya, untuk mewartakan Sabda Allah. Paulus
mempersembahkan hidupnya untuk Allah, sebab ia sendiri menyadari dan mengimani
bahwa ‘celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil’. Kegembiraan dan puncak
kebahagiaan seorang murid bagi Paulus, bukan terutama dalam segala keberhasilan
karya pewartaannya, tetapi terutama karena ia diperkenankan Allah mengambil
bagian dalam misi Yesus Kristus.
Tugas pewartaaan yang sama
saat ini diembankan kepada kita masing-masing saat ini. Para misionaris, entah
misionaris dalam negeri maupun luar negeri, misalnya, menjalankan tugas
perutusan ini dengan pergi ke tanah-tanah misi: mewartakan sabda Allah di sana
hingga menghabiskan seluruh hidup dan karya mereka di tanah misi. Para misionaris
ini adalah orang-orang yang tidak bertanah air, mereka bertanah air di mana
Tuhan menyuruh mereka pergi.
Kita semua menjalankan
tugas perutusan ini sesuai dengan profesi dan pilihan hidup kita masing-masing.
Hal paling pertama sebelum kita mewartakan Sabda Allah adalah mengakrabkan diri
dengan Sabda Allah itu, membuat Sabda Allah hidup di dalam diri kita
masing-masing. Kita hanya dapat mewartakan Sabda Allah, jika kita telah
terlebih dahulu hidup dari Sabda Allah itu; jika hidup kita sungguh-sungguh
dijiwai oleh Sabda Allah itu. Pemazmur mengingatkan kita untuk senantiasa
mengakrabkan diri dengan Sabda Allah, sebab kata pemazmur, ‘FirmanMu itu adalah
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku’.
Dalam hidup harian, kita
marilah kita menyiapkan waktu istimewa untuk membaca dan merenungkan Sabda
Tuhan. Mari kita menjadikan Sabda Allah itu sebagai bagian istimewa dari
perjalanan hidup rumah tangga kita masing-masing. Dalam doa-doa harian kita
juga, mari kita mengingat dan mendoakan sanak-saudara kita, para misionaris
yang mempertaruhkan dan memberikan seluruh diri mereka untuk mewartakan Sabda Allah
di tanah-tanah misi. Doa-doa kita sangat mereka perlukan dan sangat membantu
mereka. Mendoakan mereka adalah sebentuk partisipasi kita dalam karya misi Gereja
di tengah dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar