Visi Kemuridan
(Kamis, 10 Januari 2019)
1 Yoh. 4 : 19 – 5 : 4
Luk. 4 : 14 – 22
Penginjil Lukas hari ini mengisahkan
penampilan perdana Yesus di Galilea setelah IA dicobai iblis di padang gurun. Penampilan
perdana ini ditandai dengan pemakluman visi keselamatan Yesus sebagai Mesias,
dengan merujuk pada warta nabi Yesaya (61: 1- 2). Yesus memaklumkan visiNya ini
di kenisah. Mari kita fokus pada dua hal pokok dalam kisah ini yakni kebiasaan
Yesus dan visi Yesus.
Pertama,
kebiasaan Yesus. Penginjil Lukas menulis dengan gamblang soal kebiasaan Yesus
pada hari Sabat, yakni masuk ke rumah ibadat dan membaca Alkitab. Alkitab yang
dimaksudkan Lukas adalah Kitab Suci Ibrani, yang kita sebut sebagai Kitab Suci
Perjanjian Lama. Kebiasaan Yesus ini sebenarnya merupakan ajakan bagi kita
untuk menguduskan hari Minggu atau hari-hari raya keagamaan kita dengan pergi
ke gereja dan membaca Kitab Suci. Kristus sebagai Guru Kebijaksanaan, tidak
hanya mengajari kita dengan kata-kata, atau membuat kita terpukau oleh setiap
mukjizat yang IA buat; tetapi terutama IA memberi kita teladan kehidupan. Kata-kata
cepat berlalu, tetapi teladan selalu abadi.
Kedua,
visi Yesus. Pada penampilan perdana-Nya, Yesus langsung berbicara tentang visi
Mesianik yang diemban-Nya. Visi inilah yang kelak akan menuntun seluruh karya
keselamatan yang dimaklumkan Yesus di tengah dunia ini. Pembicaraan tentang
visi amat penting. Hal ini dapat kita hubungkan dengan pertanyaan kunci Yesus
kepada kedua murid Yohanes Pembaptis yang mendatangi-Nya. “Apa yang kamu cari?”
Ini adalah pertanyaan tentang visi dan orientasi hidup. Ini adalah kata-kata
pertama yang keluar dari mulut Yesus yang dicatat Yohanes. Hidup tanpa visi
adalah hidup yang tidak berarah.
Yesus memaklumkan bahwa
visiNya adalah menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang buta dan
pembebasan orang-orang tertindas. Dari rumusan visi ini, sangat tampak, bahwa
visi hidup Yesus tidak terarah kepada kebahagiaan-Nya sendiri. IA menjadikan
kebahagiaan dan keselamatan manusia sebagai tujuan puncak dari visiNya. Dari
Yesus kita belajar untuk berjuang menjadikan hidup kita sebagai tanda berkat
bagi orang lain, untuk tidak terlampau fokus pada kebahagiaan sendiri hingga melupakan
sesama. Visi hidup kita, semestinya tidak hanya terarah pada kebahagiaan dan
kepuasaan pribadi, tetapi juga pada kebahagiaan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar