Tiga Tokoh, Tiga Pelajaran
Rabu, 23 Januari 2019
Ibr. 7 : 1 – 3. 15 – 17
Mrk. 3 : 1 – 6
Penginjil
Markus hari ini menampilkan kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus terhadap
seorang yang mati sebelah tangannya di dalam rumah ibadat pada hari sabat.
Yesus tahu bahwa tindakan penyembuhan ini akan dicela oleh orang Farisi tetapi IA
tetap berpegang teguh pada visi dan opsinya menempatkan kemanusiaan dan cinta
kasih sebagai hukum tertinggi. Ada tiga hal pokok yang dapat kita belajar dari
kisah ini, merujuk pada tiga tokoh utama yang ditampilkan Markus.
Pertama, orang Farisi. Alih-alih
menjadi perantara keselamatan dan kesembuhan bagi sesamanya yang malang yang
mati sebelah tangannya, orang Farisi malah berusaha menghalangi mukjizat
penyembuhan yang dilakukan Yesus. Markus menulis hal ini dengan jelas, ‘Orang-orang
Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau IA menyembuhkan orang itu pada hari
sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan dia.’ Aturan agama yang terlampau
membelenggu dan tidak mengindahkan kemanusiaan justru menghancurkan kepedulian
kita terhadap sesama. Tindakan orang Farisi, barangkali hadir juga dalam hidup
harian kita, tetapi dalam wajah yang lain. Ketika kita mencela setiap ungkapan
cinta kasih yang dilakukan sesama dan memandang itu sekadar upaya untuk menarik
simpati; ketika kita terlanjur berpikir negatif dan menaruh kebencian kepada
sesama, maka kita selalu mencari celah untuk menjatuhkannya.
Kedua, Yesus. Ketegasan Yesus
dengan visi kemanusiaanNya hendak mengajak kita untuk tetap teguh melaksanakan
tugas dan karya pelayanan kita masing-masing betapapun kuatnya perlawanan yang
harus kita terima. Tindakan kasih Yesus dihadapkan pada perlawanan orang-orang
Farisi tetapi Yesus tidak kecut, IA tetap konsisten dengan visi keselamatanNya.
Keteguhan hati Yesus menjadi cermin bagi kita untuk tetap teguh: di tengah
tantangan yang harus kita terima, di tengah cobaan yang harus kita hadapi, di
tengah masalah yang harus kita pecahkan, dan di tengah kesangsian yang datang
menerpa kita. Tantangan dan cobaan akan selalu datang; mari ktia melihat itu
sebagai peluang untuk mengembangkan diri dan kemampuan kita. Ketika kita mampu
memecahkan suatu soal, pada saat itu, sebenarnya kita telah selangkah lebih
maju; sebaliknya ketika kita memilih menghindari masalah dan tanggung jawab,
kita tidak akan pernah menjadi lebih baik malah semakin mundur ke belakang.
Ketiga, orang yang mati sebelah
tangannya. Hari ini Yesus menyembuhkan seorang yang mati sebelah tangannya itu;
mari kita juga memohon kepada Yesus agar ia menyembuhkan hal-hal yang telah
mati di dalam diri kita masing-masing. Mungkin hal-hal yang telah mati itu
tampak dalam ketiadaan antusiasme, kehilangan gairah untuk berjuang, dan
kikisnya kepekaan terhadap sesama. Mari kita datang kepada Yesus dan membiarkan
Yesus membangkitkan kita dari kematian-kematian kecil kita dalam hidup ini.
Tuhan
memberkati kita. (p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar