Jalan Pelayanan
Sabtu, 12 Januari 2019
1 Yoh. 5 : 14 – 21
Yoh. 3 : 22 – 30
Di
Panti Asuhan Nativitas Nangahure Maumere, Flores, terdapat sebuah patung Yesus
yang berdiri kokoh di halaman tengah panti tersebut. Berbeda dengan
patung-patung yang lain, patung Yesus ini tidak mempunyai tangan. Pada bagian
kaki patung tersebut, terdapat tulisan ini, ‘Kamu adalah tangan-tanganKU’.
Pesan patung ini jelas, Yesus membutuhkan tangan-tangan kita untuk menjadi
perpanjangan tangan kasihNya kepada sesama kita. Yesus membutuhkan diri kita
untuk menjadi pewarta kasih-Nya dan bukan menjadi pewarta kehebatan diri kita
sendiri. Kita mewartakan Tuhan dengan jalan menghidupi teladan-Nya.
Yohanes
Pembaptis yang digambarkan penginjil Yohanes dalam bacaan injil hari ini adalah
contoh ideal tentang teladan kemuridan ini. Ia menjadikan dirinya sebagai pelayan
Tuhan. Sukacita terbesarnya sebagai seorang pelayan Tuhan adalah ketika ia
mampu menjalankan tugas pelayanannya dengan baik. Semangat pelayanannya
berjalan bersama kerendahan hati yang melekat erat dalam dirinya. “Ia harus
makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Di hadapan kebesaran Tuhan, Yohanes
bahkan mengaku dengan sungguh, ‘membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Gaya
hidup Yohanes Pembaptis adalah antitesis untuk gaya hidup manusia modern saat
ini. Ketika masing-masing orang berlomba-lomba untuk mencari popularitas diri
dan menjadikan dirinya sendiri sebagai yang nomor satu, Yohanes justru memilih
menyepi ke padang gurun. Ketika banyak orang mulai mengenalnya, mendengar
pengajarannya dengan sungguh, hingga menganggapnya sebagai nabi baru, Yohanes
tidak pernah lupa diri. Ia tidak tersilau dengan popularitas diri dan tetap
berpijak pada visi kemuridannya. Kadang-kadang, dalam hidup, popularitas
membuat kita mudah lupa diri, mudah melupakan sesama, dan ingin selalu
diperhatikan.
Yohanes
mengabdi dalam sunyi. Ia mewartakan Kristus, dan bukan mewartakan dirinya
sendiri. Ia mewartakan janji keselamatan yang datang dari Tuhan, dan bukan
menawarkan janji-janji manis yang meninabobo. Dunia kita saat ini, begitu
banyak dipenuhi dengan orang-orang yang pandai menabur janji manis, tetapi
terlalu sedikit dihuni orang-orang yang berkomitmen mewujudkan janjinya. Dunia
kita saat ini terlalu banyak dipenuhi orang-orang yang terampil membahasakan
kasih, tetapi terlalu sedikit dihuni orang-orang yang mau menerjemahkan bahasa
kasih itu dalam tindakan. Selalu ada jarak antara kata dan tindakan.
Jalan-jalan
pelayanan Yohanes Pembaptis mengingatkan kita untuk menjadi saksi cinta Tuhan
di tengah dunia, dan bukan menjadi saksi atas diri kita sendiri. Kita menjadi
saksi Tuhan, pertama-tama dengan menjadi saksi kasihNya di tengah dunia. Yesus
bilang, ‘semua orang akan tahu bahwa kamu adalah muridKu, hanya apabila kamu
saling mencintai.’ Mari kita mewujudkan cinta itu mulai dari dalam rumah tangga
kita masing-masing. Sebab, selalu tidak mungkin mencintai Tuhan tanpa mencintai
sesama. Kita mencintai Tuhan dengan jalan mencintai sesama. Kalau di Facebook kita berjumpa dengan
pertanyaan, ‘apa yang anda pikirkan?’ maka untuk seorang murid Tuhan, pertanyaannya
adalah ‘sudahkah saya mencintai sesamaku hari ini?’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar