Nyalakan Pelitamu,
Kembangkan Dirimu
Kamis, 31 Januari 2019
PW St. Yohanes Don Bosco,
Imam
Ibr. 10 : 19 – 25
Mrk. 4 : 21 – 25
Penginjil
Markus hari ini menampilkan perumpamaan Yesus tentang pelita. Pelita yang
dimaksudkan Yesus merupakan simbolisasi untuk semua bakat dan potensi yang
Tuhan anugerahkan ke atas diri kita masing-masing. Setiap kita dikarunia pelita
itu, dan pilihan ada pada kita: meletakkan pelita itu di bawah gantang atau
menaruhnya di atas kaki dian; mengembangkan talenta yang Tuhan anugerahkan
kepada kita atau membiarkan talenta kita terkubur karena keengganan kita untuk
mengembangkannya. Mari kita melihat dua hal pokok dari pengajaran Yesus hari
ini.
Pertama, taruhlah pelitamu di atas
kaki dian, kembangkanlah bakatmu. Saya teringat penyair Erna Louise Bombeck
pernah mengatakan ini, ‘ketika saya menghadap Tuhan pada akhir hidupku, saya
berharap tidak ada satupun talenta yang belum saya manfaatkan, dan karena itu,
saya dapat dengan bangga mengatakan: saya telah memanfaatkan dengan baik semua
hal yang telah Engkau berikan kepadaku.’ Erna Louise mengingatkan kita bahwa
semua bakat yang diberikan Tuhan adalah anugerah istimewa yang harus kita
kembangkan. Waktu-waktu hidup kita mesti menjadi kesempatan penuh rahmat yang
semestinya dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab untuk mengembangkan semua
bakat yang kita miliki.
Setiap
kita dianugerahi bakat istimewa oleh Tuhan. Namun, keberartian hidup kita bukan
hanya terletak pada bakat yang kita miliki itu, tetapi teristimewa tentang
usaha terus menerus untuk mengembangkan bakat yang kita miliki itu. Bakat saja
tidak cukup. Rumus keberhasilan itu seringkali berupa 1% bakat dan 99% kerja
keras. Karena itu, hari ini, Yesus mengingatkan kita untuk menaruh pelita kita
itu di atas dian, untuk mengembangkan bakat yang kita miliki dengan baik. Bakat
yang kita miliki, bila dikembangkan dengan baik, akan menjadi sarana pelayanan
paling efektif dalam hidup kita setiap hari.
Seperti seruan Yesus hari ini,
mari kita mendorong diri kita masing-masing dan mendorong anak-anak kita untuk
sungguh-sungguh memanfaatkan dan mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki.
Kita tidak perlu meminta anak-anak kita dan memaksa diri kita sendiri untuk
mengetahui semua hal; kita hanya perlu fokus pada satu hal. Karena selalu lebih
baik mengetahui satu hal dengan sangat baik, daripada mengetahui banyak hal
tetapi setengah-setengah.
Kedua, selain berbicara tentang
pelita, Yesus juga mengajak kita untuk mampu mendengar dengan sungguh-sungguh
setiap kebenaran yang disampaikan Tuhan. Kesanggupan dan kerendahan hati untuk
mendengarkan pengajaran Tuhan adalah bagian dari proses belajar. Injil selalu
melukiskan bahwa seorang murid yang baik adalah seorang pribadi yang mampu
mendengar. Mari kita belajar untuk mendengarkan Tuhan yang berbicara melalui
hati nurani kita masing-masing, juga di dalam kitab suci. Mari kita juga
belajar untuk saling mendengarkan: karena acapkali selalu lebih mudah untuk
berkata-kata daripada kesediaan untuk mendengarkan orang lain.
Tuhan
memberkati kita. (p.kristo,svd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar